IKAN LELE
Klasifikasi
Ikan Lele
Filum : Chordata (hewan yang bertulang
belakang)
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidae (bentuk tubuhnya
memanjang berkulit licin dan tidak bersisik)
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp.
– Clarias batrachus (ikan lele lokal)
– Clarias gariepinus (ikan lele dumbo)
Nama
asing : African catfish
Nama
local : Ikan lele (pulau Jawa),
keli/keling (pulau sulawesi), pintat (pulau kalimantan), dan kalang (pulau
sumatra)
Morfologi Ikan Lele
- Secara umum, ikan lele mempunyai bentuk tubuh yang bulat dan memanjang.
- Kulitnya licin, berlendir, namun tidak bersisik.
- Tubuhnya memiliki warna yang berbeda untuk setiap jenis lele. Tiap-tiap lele mempunyai warna khas yang membalut tubuhnya.
- Ikan lele memiliki ukuran mulut yang relatif lebar dan hampir membelah setengah dari lebar kepalanya.
- Memiliki kumis yang terletak di area sekitar mulutnya. Kumis ini pula yang menyebabkan ikan lele sering disebut catfish. Kumis ini memiliki fungsi sebagai alat untuk meraba pada saat mencari makan atau bergerak biasa.
- Sebagai alat bantu untuk berenang, ikan lele juga mempunyai 3 buah sirip tunggal, yaitu sirip dubur, sirip ekor, dan sirip punggung.
- Ikan lele juga mempuyai dua buah sirip yang berpasangan, yaitu sirip perut dan sirip dada. Disamping digunakan sebagai alat bantu berenang, sirip juga memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh ikan lele saat diam atau tidak bergerak.
- Pada bagian sirip dada terdapat sirip yang runcing dan keras yang disebut patil yang digunakan sebagai senjata.
- Disamping itu, patil juga bermanfaat sebagai alat untuk berjalan di darat tanpa air dalam rentang waktu yang lama dan dengan jarak tempuh yang cukup jauh.
Ikan lele merupakan salah satu
jenis ikan yang sanggup hidup dalam kepadatan tinggi. Ikan ini memiliki tingkat
konversi pakan menjadi bobot tubuh yang baik. Dengan sifat seperti
ini, budidaya ikan lele akan sangat menguntungkan bila dilakukan secara
intensif.
Terdapat dua segmen usaha
budidaya ikan lele, yaitu segmen pembenihan dan segmen pembesaran. Segmen
pembenihan betjuan untuk menghasilkan benih ikan lele, sedangkan segmen
pembesaran bertujuan untuk menghasilkan ikan lele siap konsumsi. Pada
kesempatan kali ini alamtani akan membahas tahap-tahap persiapan
budidaya ikan lele segmen pembesaran.
Budidaya Ikan Lele
Penyiapan kolam tempat budidaya ikan lele
Ada berbagai macam tipe kolam
yang bisa digunakan untuk tempat budidaya ikan lele. Setiap tipe kolam
memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing bila ditinjau dari segi usaha
budidaya. Untuk memutuskan kolam apa yang cocok, harap pertimbangkan
kondisi lingkungan, ketersediaan tenaga kerja dan sumber dana ada.
Tipe-tipe
kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan lele adalah kolam tanah, kolam
semen, kolam terpal, jaring apung dan keramba.
Pemilihan benih ikan lele
Tingkat
kesuksesan budidaya ikan lele sangat ditentukan oleh kualitas benih yang
ditebar. Benih yang ditebar harus benih yang benar-benar sehat. Ciri-ciri benih
yang sehat gerakannya lincah, tidak terdapat cacat atau luka dipermukaan
tubuhnya, bebas dari bibit penyakit dan gerakan renangnya normal.
Pakan untuk budidaya ikan lele
Pakan
merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan lele. Ada banyak sekali
merek dan ragam pakan di pasaran. Pakan ikan lele yang baik adalah pakan yang
menawarkan Food Convertion Ratio (FCR) lebih kecil dari satu.
Pakan harus diberikan sesuai
dengan kebutuhan. Secara umum setiap harinya ikan lele memerlukan pakan 3-6%
dari bobot tubuhnya. Misalnya, ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan pakan
sebanyak 2,5 gram (5% bobot tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil
samplingnya, lalu timbang dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua
minggu menjelang panen, persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari
bobot tubuh.
Jadwal pemberian pakan sebaiknya
disesuaikan dengan nafsu makan ikan. Frekuensinya 4-5 kali sehari. Frekuensi
pemberian pakan pada ikan yang masih kecil harus lebih sering. Waktu pemberian
pakan bisa pagi, siang, sore dan malam hari.
Pengelolaan air
Hal penting lain dalam budidaya
ikan lele adalah pengelolaan air kolam. Untuk mendapatkan hasil maksimal
kualitas dan kuantitas air harus tetap terjaga.
Awasi kualitas air dari timbunan
sisa pakan yang tidak habis di dasar kolam. Timbunan tersebut akan menimbulkan
gas amonia atau hidrogen sulfida yang dicirikan dengan adanya bau busuk.
Apabila sudah muncul bau busuk,
buang sepertiga air bagian bawah. Kemudian isi lagi dengan air baru. Frekuensi
pembuangan air sangat tergantung pada kebiasaan pemberian pakan. Apabila
dalam pemberian pakan banyak menimbulkan sisa, pergantian air akan lebih
sering dilakukan.
Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang paling umum dalam
budidaya ikan lele antara lain hama predator seperti linsang, ular, sero,
musang air dan burung. Sedangkan hama yang menjadi pesaing antara lain ikan
mujair. Untuk mencegahnya yaitu dengan memasang saringan pada jalan masuk dan
keluar air atau memasang pagar di sekeliling kolam.
Penyakit pada budidaya ikan lele
bisa datang dari protozoa, bakteri dan virus. Ketiga mikroorganisme ini
menyebabkan berbagai penyakit yang mematikan. Beberapa diantaranya adalah
bintik putih, kembung perut dan luka di kepala dan ekor.
Untuk
mencegah timbulnya penyakit infeksi adalah dengan menjaga kualitas air,
mengontrol kelebihan pakan, menjaga kebersihan kolam, dan mempertahankan suhu
kolam pada kisaran 28oC. Selain penyakit infeksi, ikan lele juga
bisa terserang penyakit non-infeksi seperti kuning, kekurangan vitamin dan
lain-lain.
Panen budidaya ikan lele
Ikan lele bisa dipanen setelah mencapai
ukuran 9-12 ekor per kg. Ukuran sebesar itu bisa dicapai dalam tempo
2,5-3,5 bulan dari benih berukuran 5-7 cm. Berbeda dengan konsumsi domestik,
ikan lele untuk tujuan ekspor biasanya mencapai ukuran 500 gram per ekor.
Satu hari (24 jam) sebelum panen,
sebaiknya ikan lele tidak diberi pakan agar tidak buang kotoran saat diangkut.
Pada saat ikan lele dipanen lakukan sortasi untuk misahkan lele
berdasarkan ukurannya. Pemisahan ukuran berdampak pada harga. Ikan lele yang
sudah disortasi berdasarkan ukuran akan meningkatkan pendapatan bagi peternak.
Nilai Ekonomis Ikan Lele
Jenis
ikan ini pun memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Karena memiliki nilai
ekonomi yang tinggi, ikan lele telah lama dibudidayakan oleh para petani
Indonesia. Budidaya ikan lele ini banyak dipilih pula karena keuntungan
dan kemudahan budidaya dibandingkan misalnya dengan ternak kelinci. Pada awalnya, jenis ikan lele yang
dibudidayakan adalah jenis ikan lele lokal, namun pada tahun 1985 mulai
diperkenalkan jenis ikan lele dumbo
yang diintroduksi atau didatangkan dari Taiwan.
Di
Indonesia, ikan lele memiliki beberapa nama daerah, antara lain : ikan kalang
(Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling
(Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Di
negara lain dikenal nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli
(Malaysia), gura magura (Srilanka), dalam bahasa Inggris disebut catfish,
siluroid, mudfish dan walking catfish
Produksi di Indonesia
Lele
adalah ikan budidaya air tawar yang sangat populer. Produksi budidaya meningkat
tajam tiap tahun, selama lima tahun terakhir, antara lain karena luasnya pasar
bagi lele. Lele disukai konsumen karena berdaging lunak, sedikit tulang, tidak
berduri, dan murah. Dari sisi budidaya, lele relatif tidak memerlukan banyak
perawatan dan memiliki masa tunggu panen yang singkat.
Pengolahan
yang paling populer adalah dengan digoreng,
dan disajikan sebagai pecel lele. Bentuk pengolahan lain adalah dengan diberi bumbu mangut (mangut lele).
Produksi lele budidaya di
Indonesia[9]
|
|
Tahun
|
Jumlah produksi dalam
ton
|
2004
|
51.271
|
2005
|
69.386
|
2006
|
77.272
|
2007
|
91.735
|
2008
|
108.200
|
0 komentar:
Posting Komentar